Selasa, 11 Februari 2020

Penjelasan Arsitektur Berkesinambungan Dan Penerapannya Pada Bangunan

Pada postingan ini akan membahas ihwal Penjelasan Arsitektur Berkelanjutan dan Penerapannya Pada Bangunan .

Arsitektur berkesinambungan (sustainability architecture) merupakan arsitektur yang menitikberatkan pada keseimbangan antara lingkungan binaan dan lingkungan alam dengan waktu kini sampai kurun yang akan tiba. Arsitektur berkesinambungan tidak lepas dari Pembangunan Berkelanjutan (sustainability development).

Pembangunan Berkelanjutan

Pembangunan berkesinambungan membutuhkan proses integrasi ekonomi dan ekologi lewat upaya perumusan paradigma dalam mengelola sumber daya seoptimal mungkin.
Dua hal penting dalam rancangan berkesinambungan ini yaitu keperluan (needs) dan generasi pendatang (future generation) sehingga dalam pembangunan berkelanjutan perlu diperhatikan :

1. Konsep Kebutuhan (the concept of needs). 

Menciptakan keadaan yang menjaga terpenuhinya kebutuhan hidup yang mencukupi bagi seluruh masyarakat, dimana kaum miskin sedunia mesti diberi prioritas utama.

2. Konsep Keterbatasan (the concept of limits). 

Memperhatikan dan menjaga kapasitas lingkungan untuk menyanggupi kebutuhan dikala ini dan akan datang.

Terdapat empat syarat yang harus dipenuhi bagi suatu proses pembangunan yang berkelanjutan, adalah :
  1. Menempatkan sebuah aktivitas dan proyek pembangunan pada lokasi yang secara ekologis benar.
  2. Pemanfaatan sumber daya terbarukan (renewable resourse) dihentikan melampaui potensi lestarinya serta upaya mencari pengganti bagi sumber daya tak terbarukan.
  3. Pembuangan limbah industri dan rumah tangga tidak boleh melampaui kapasitas asimilasi pencemaran.
  4. Perubahan fungsi ekologis dilarang melebihi kapasitas daya dukung lingkungan (carryng capacity).

Arsitektur Berkelanjutan

Bangunan berkesinambungan yaitu bangunan yang memakai sistem konstruksi yang berkelanjutan, dan menggunakan material/bahan bangunan yang memprioritaskan mutu lingkungan, vitalitas ekonomi dan keuntungan sosial lewat perancangan bangunan, operasional bangunan, perawatan dan dekonstruksi lingkungan pada lokasi dimana dilakuakn pembangunan (lingkungan binaan).

Seperti juga pembangunan berkelanjutan yang melihat konsep berkelanjutan dari 3 faktor utama adalah Kemajuan Sosial, Pertumbuhan Ekonomi dan Keseimbangan Ekologi. 
Maka arsitektur berkesinambungan pun tidak dapat lepas dari faktor-faktor tersebut.

Efisiensi dalam arsitektur berkesinambungan:

1. Efisiensi penggunaan energi
  • Memanfaatkan sinar matahari
  • Memanfaatkan penghawaan alami
  • Memanfaatkan air hujan
  • Konsep efisiensi penggunaan energi mirip pencahayaan
2. Efisiensi penggunaan lahan
  • Menggunakan lahan dengan efisien
  • Potensi hijau tumbuhan dalam lahan
  • menghargai kehadiran tumbuhan yang ada di lahan
  • Desain terbuka dengan ruang-ruang yang terbuka ke taman
  • Dalam penyusunan rencana rancangan, pertimbangkan banyak sekali hal
3. Efisiensi penggunaan material
  • Memanfaatkan material sisa untuk dipakai dalam pembangunan
  • Memanfaatkan material bekas bangunan atau komponen lama yang masih mampu digunakan
  • Menggunakan material yang masih berlimpah
  • Penggunaan teknologi dan material terbarukan
  • Memanfaatkan potensi terbarukan mirip energi angin, cahaya matahari dan ir
  • Memanfaatkan material gres melalui penemuan gres yang secara global
4. Manajemen limbah
  • Membuat tata cara dekomposisi limbah organik
  • Membuat sistem pengolahan limbah domestik
  • Penyumbang kerusakan lingkungan alam paling besar yakni sektor konstruksi yang secara Global mengonsumsi 50% sumber daya alam,40% energi dan 16% air. Konstruksi juga Menyumbangkan emisi CO2 terbanyak yaitu45% (Akmal, 2007).

Konsep Arsitektur Berkelanjutan

Berikut ini yaitu hal yang perlu dipraktekkan pada bangunan yang memakai Konsep Arsitektur Berkelanjutan

1. Bangunan Hemat Energi

Bangunan irit energi dalam dunia arsitektur yaitu menghemat penggunaan energi tanpa menghalangi atau merubah fungsi bangunan, kenyamanan, maupun produktivitas penghuninya. Hemat energi yakni suatu kondisi dimana energi dikonsumsi secara irit atau minimal tanpa harus mengorbankan kenyamanan fisik manusia. 

Konsep bangunan ekonomis energi berisikan beberapa komponen, ialah selaku berikut:
  • Meminimalkan perolehan panas matahari
  • Orientasi bangunan utara-selatan
  • Organisasi ruang : Aktivitas terdapat pada ruang utama yang diletakkan di tengah bangunan, diapit oleh ruang-ruang penunjang atau service di segi Timur-Barat.
  • Memaksimalkan pelepasan panas bangunan lalu menyingkir dari radiasi matahari masuk ke dalam bangunan.
  • Memanfaatkan radiasi matahari secara tidak pribadi untuk menerangi ruang dalam bangunan.
  • Mengoptimalkan ventilasi silang untuk bangunan non-AC.
  • Hindari pemanasan permukaan tanah sekitar bangunan

2. Efisiensi Penggunaan Lahan

Lahan yang kian sempit, mahal dan berguna tidak mesti digunakan seluruhnya untuk bangunan, alasannya semestinya senantiasa ada lahan hijau dan penunjang keberlanjutan kesempatanlahan.

Menggunakan secukupnya lahan yang ada, tidak semua lahan harus dijadikan bangunan, atau ditutupi dengan bangunan, sebab dengan demikian lahan yang ada tidak memiliki cukup lahan hijau dan taman. Menggunakan lahan secara efisien, kompak dan terpadu.

Potensi hijau flora dalam lahan mampu digantikan atau dimaksimalkan dengan banyak sekali inovasi, contohnya pembuatan atap diatas bangunan.

Menghargai kedatangan flora yang ada di lahan, dengan tidak mudah menebang pohon-pohon, sehingga tumbuhan yang ada dapat menjadi bagian untuk menyebarkan dengan bangunan.

Desain terbuka dengan ruang-ruang yang terbuka ke taman (sesuai dengan kelonggaran buka-tutup yang dijadwalkan sebelumnya) mampu menjadi inovasi untuk mengintegrasikan luar dan dalam bangunan, memperlihatkan kelonggaran ruang yang lebih besar.

Dalam penyusunan rencana desain, pertimbangkan aneka macam hal yang dapat menjadi tolak ukur dalam memakai berbagai peluanglahan, contohnya; 
  • Berapa luas dan banyak ruang yang diharapkan.
  • Dimana letak lahan (di kota atau di desa) dan bagaimana konsekuensinya kepada desain, 
  • Bentuk site dan pengaruhnya terhadap desain ruang-ruang, 
  • Berapa banyak potensi cahaya dan penghawaan alami yang mampu dipakai.

3. Efisiensi Penggunaan Material

  • Memanfaatkan material sisa untuk dipakai juga dalam pembangunan, sehingga tidak membuang material, contohnya kayu sisa bekisting dapat dipakai untuk bab lain bangunan.
  • Memanfaatkan material bekas untuk bangunan, unsur usang yang masih mampu digunakan, misalnya sisa bongkaran bangunan usang.
  • Menggunakan material yang masih berlimpah maupun yang jarang ditemui dengan sebaik mungkin, khususnya untuk material yang kian jarang mirip kayu.

4. Penggunaan Teknologi dan Material

Memanfaatkan peluangenergi terbarukan seperti energi angin, cahaya matahari dan air untuk menciptakan energi listrik domestik untuk rumah tangga dan bangunan lain secara independen.

Memanfaatkan material baru melalui penemuan baru yang secara global dapat membuka potensi memakai material terbarukan yang cepat dibuat , murah dan terbuka terhadap inovasi, misalnya bambu.

Itulah pembahasan wacana Arsitektur Berkelanjutan dan Penerapannya Pada Bangunan. 

Sumber https://www.arsimedia.com/


EmoticonEmoticon

:)
:(
hihi
:-)
:D
=D
:-d
;(
;-(
@-)
:o
:>)
(o)
:p
:-?
(p)
:-s
8-)
:-t
:-b
b-(
(y)
x-)
(h)